26 April 2005

Insight

Ilmu itu ada dimana-mana ketika saya berusaha membuka mata dan hati saya. Bahkan ilmu seringkali datangnya tidak kita duga dan menghasilkan sensasi seperti badan bergetar seperti sesaat habis kencing. Bahkan tak jarang hal-hal seperti itu membawa pencerahan yang menyelesaikan masalah.

Dan kemarin saya mendapat satu paradigma baru dari seorang kawan yang mempunyai suatu prinsip yang menurut saya tidak masuk akal. Bahkan sebelum saya memahaminya, saya anggap itu hanyalah sebuah pelarian dari suatu kejadian. Ternyata dibalik prinsipnya yang terasa sangat egois itu terkandung suatu empatik yang luar biasa dalamnya. Seolah-olah dia bisa menguliti apa yang ada didalam kepala ini dan menyodorkannya dalam nampan jamuan. Bukan cuma untuk kebaikannya saja, tetapi lebih ke kebaikan semuanya.

Insight yang dialihbahasakan menjadi pencerahan itu terjadi tidak semerta-merta. Itu yang saya alami saat bersama kawan saya itu tadi, walaupun saya sudah mengetahuinya sejak lama, ternyata baru-baru ini saja saya pahami. Pemahaman seperti ini pula yang mungkin mendorong Soekarno, Mahatma Gandhi untuk membebaskan negerinya, atau Isaac Newton, Albert Einstein, dan Faraday menemukan teorinya. Tetapi bagi saya pencerahan ini membuat saya semakin sayang dan respect pada matahari saya. Dan dalam persamaan misterius cinta itu saya bergantung dan akan berbuat lebih. Karena ternyata kehidupan itu tidak hanya diisi pemikiran-pemikiran saja, tindakan juga perlu dilakukan