11 April 2005

Menunggu….

Pekerjaan apa yang paling membosankan…?

Kalau saya pasti akan menjawab MENUNGGU.

Yah standar juga, saya yakin pasti banyak juga yang berpikirang yang sama dengan apa yang saya rasakan. Bahkan kalau menunggunya berurusan dengan ‘panggilan alam’ (seperti antri kamar mandi dipagi hari, misal) maka pekerjaan ini bukan hanya sekedar membosankan, tetapi sekaligus MENYIKSA.

Tapi baru-baru ini saya juga menemukan ada satu hal ‘menunggu’ yang ternyata sama menyiksanya dengan menunggu kamar kecil untuk be’ol, yaitu menunggu kepastian. Beberapa hari ini kebetulan sama yang diatas saya diberi ujian berbentuk ini. Masalah akademis, finansial dan hati kebetulan punya topik yang sama yaitu menunggu.

Mengapa sih menunggu itu bisa sebegitu dibencinya oleh kebanyakan orang ? Mungkin karena waktu yang terbuangkah, merasa menjadi tidak berguna karena seharusnya dapat melakukan sesuatu yang lebih berguna, atau mungkin ketidaknyamanan perasaan akibat penantian itu sendiri ? Kalau menurut saya, saya sendiri males banget kalau disuruh menunggu karena saya merasa ada bagian dari hidup saya yang tidak berada dalam kontrol saya ketika saya menunggu sesuatu. Tapi jika dipikir lebih jauh memang begitulah hidup itu berjalan, tidak ada satupun yang benar-benar ada dalam kontrol kita sepenuhnya. Semuanya adalah titipan dari yang Maha Berpunya, jadi kenapa mesti kecewa jika saya memang tidak bisa mengontrol kehidupan saya sepenuhnya.

Lalu muncullah pencerahan dari teman tentang konsep menunggu itu, yaitu konsep IKHLAS. Ikhlas menurut dia –yang saya juga menyetujuinya- adalah setelah berusaha sekuat tenaga mendapatkan apa yang kita mau, maka urusan hasil sebaiknya diserahkan pada yang memberi hidup ini sendiri. Jadi ada konsep berjuang sekaligus berserah kepada kekuatan yang memang tidak bisa kita kontrol sepenuhnya. Kadang saya terlalu terfokus pada konsep berjuangnya sehingga saya melupakan konsep berserahnya. Bahkan lebih jauh lagi teman saya mengatakan kalau memang kita ingin apa yang kita mau benar-benar terjadi maka ‘sogok’lah yang memegang nasib kita. Caranya bisa bermacam-macam, dan yang paling umum adalah dengan menjadi orang baik dan rajin beribadah.

Menjadi manusia memang berat, karena itu jika ada perasaan kecewa -ketika apa yang kita mau tidak tercapai- maka hal itu wajar dan sangat manusiawi sekali. Yang tidak boleh dilakukan adalah menyerah atau lebih buruk dendam pada Yang Memegang Nasib. Dan kemudian para orang-orang bijakpun menyemangati kita dengan kata-kata seperti

  • ‘kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda’
  • ‘yang membedakan orang sukses dan gagal adalah orang sukses bangkit satu kali lebih banyak dari kegagalan mereka’
  • ‘keberhasilan hanya berjarak satu langkah dari kegagalan terakhir’

intinya menurut saya sih, saya harus terus bersemangat menjalani hari dan hidup itu sendiri, sampai kita mendapatkan apa yang kita inginkan. Atau ada kata yang bagus dari film Dead Poet Society yaitu carpe diem, seize the day!

1 comment:

baY said...

alo pak andikk.. strecing jg nih nulis2 blog.. nice blog pak. berkunjung jg skali2 ke blog saya...
-bebeksuperbebek-