28 January 2008

Perjalanan 41 jam (bagian 1)

Hari Jum’at dan Sabtu kemarin (1-2 Februari 2008) adalah dua hari yang tidak akan terlupakan. Semua bermula dari rencana perjalananku ke Semarang menjalankan tugas training di salah satu perusahaan disana. Rencananya perjalanan menggunakan pesawat udara dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang jam 12.50 bersama 4 orang lainnya.

Tanda-tanda petualangan seru dimulai saat aku terlambat bangun! Seharusnya paling telat aku berangkat dari Bandung jam 9 pagi agar bisa check in 1 jam sebelumnya. Ternyata apa mau dikata, aku baru bangun jam 9.30. Tanpa mandi (hanya gosok gigi dan cuci muka) tergesa-gesa aku menuju pool travel bandara. Sebenarnya biasanya aku naik bis bandara. Tetapi dengan pertimbangan bahwa aku butuh 1jam lagi menuju pool bis bandara itu, maka kuputuskan naik travel saja. Sepanjang perjalanan aku mencoba menggunakan hukum Law of Attraction agar aku masih bisa berangkat dengan pesawat yang dijadwalkan.


Tapi apa mau dikata, sejak masuk pintu tol Pondok Gede Timur, lalu lintas sangat macet dan menandakan sesuatu yang tidak wajar sedang terjadi. Ternyata benar! Tol menuju bandara BANJIR!!
Harapan mulai menipis, dengan perjalanan lancar pun aku pasti terlambat, apalagi seperti ini. Sekretaris dari kantor juga menelepon terus menerus, menanyakan posisi. Trainerku yang sampai di bandara juga terus memantau posisi masing-masing anggota tim yang direncanakan berangkat bersama. Kabar baiknya ternyata kami bertiga yang sedianya menjadi fasilitator masih sama2 terjebak di jalan (hehe5 jeleknya aku muncul ni victim get victim!). Jam 2 siang kita baru sampai diujung tol slipi yang menuju tol bandara. Melihat mobil-mobil yang terjebak banjir menuju bandara dan lalu lintas yang tak mungkin ditembus maka diputuskan kita lewat jalur alternatif yaitu Tangerang.

Jalur Tangerang walaupun padat tapi masih bisa ditembus, asapun mulai tumbuh lagi, apalagi saat mendengar bandara juga ditutup selama 5 jam karena cuaca buruk. Tetapi Tuhan ini jalannya mobil lambat banget ya! Bayangin kecepatan mobil sama dengan kecepatan gerobak roti dorong, tapi sudahlah ambil positifnya saja, akhirnya perut bisa diisi dengan roti, Nyam...nyam..:D. Setelah beberapa saat ko tiba2 semua kendaraan berhenti, ouw yeaahhh ternyata banjir saudara-saudara. Setelah menunggu sekitar 1jam akhirnya sopir mengambil inisiatif balik arah, karena banyak sekali kendaraan yang nekat menerobos banjir berakhir dengan mogok dan didorong. Akhirnya pupus sudah harapan lewat jalur alternatif menuju bandara. Sebenarnya ada jalan alternatif lain, dan sekarang kita menuju sana. Ditengah perjalanan, tiba-tiba kendaraan berhenti dan kita semua sebagai penumpang dipindahkan kekendaraan yg lain setelah menurut pertimbangan sopir tidak mungkin menembus kondisi lalu lintas yang ada sekarang, dan lebih baik kembali ke pool untuk beristirahat dan melanjutkan perjalanan kembali setelah lalu lintas bisa ditembus.

Sepanjang perjalanan, yang aku rasakan betapa menderitanya orang-orang yang terkena musibah banjir ini. Aku saja yang merasakan beberapa jam sudah merasakan bagaimana tidak enaknya terkena banjir. Tidak ada makanan, kedinginan dan semuanya tiba-tiba jadi mahal. Sempat diantara rasa laparku tiba-tiba aku merasa betapa uang itu benar2 sekedar alat tukar saja, karena sebanyak apapun uang jika tidak ada yang jualan maka tidak berguna uang itu. Akhirnya aku mengambil pelajaran bahwa mungkin saat ini aku sedang diingatkan bahwa betapa lemah manusia menghadapi kebesaran alam. Kena banjir sedikit saja maka kenyamanan hidup tiba-tiba hilang. Itu makin menguatkan kesadaranku bahwa hidup saling menolong, menjaga kelestarian alam dan terutama menjaga ibadah kepada Allah adalah jalan hidup sesungguhnya. Tanpa semua itu begitu mudah jiwa dilemahkan, dan putus asa hinggap.

No comments: